Selasa, 12 Maret 2013

Once Upon a Time....



Aku pernah membayangkan tentang hal-hal yang indah. Pada suatu malam, di tempat tinggal kita yang tingginya menjulang hingga ke angkasa. Tapi tak usah terlalu berharap untuk menggapai awan, karena kita tak pernah suka dengan ketinggian. Lantai 9 saja sudah cukup untukku dan untukmu.

Malam belum terlalu larut saat kita pulang. Masih pukul 21 lebih 30, dan kau pun masih berselera untuk secangkir teh hangat tanpa gula.

Seperti biasa, balkon menjadi tempat terbaik untuk kita menghabiskan malam. Di sana kita dapat memandangi kelap-kelip lampu dari gedung seberang, memperhatikan kesibukan jalanan yang hampir padam, dan merasakan hangat dari genggaman lembut yang kita ciptakan.
Saat itu kamu akan berkisah tentang banyak hal. Mulai dari masalah pekerjaan sampai masalah dengan pelayan restoran. Kau ceritakan segalanya, begitu pun dengan aku. Tak lupa, kita juga akan berbagi canda dan tawa untuk mempercantik suasana. Saat itu kita bahagia karena kau dan aku saling berbagi, meski harus sampai pagi.

Tapi tak masalah, karena esok Sabtu. Begitu yang selalu kamu bilang.

Kita tahu bahwa malam telah kian malam ketika kita diam, bingung pada apa yang harus diciptakan. Teh hangat milikmu sudah habis, sedang jemarimu sepertinya sudah terlalu gatal untuk meraih sebatang rokok yang bungkusnya tergeletak begitu saja di hadapan. Kamu tahu, aku tak suka bau asap. Sedang aku pun tahu, bahwa kamu tak bisa hidup tanpa tembakau. Pada saat-saat seperti itu aku akan menoleh, memperhatikan wajahmu dalam remang malam.

"Kenapa?" tanyamu yang ditingkahi keheranan. Aku tak kuasa untuk memasang senyum nakal.
"Ambil rokokmu. Khusus malam ini, aku akan menyukai apa yang kamu suka."

Kamu tertawa ketika melihatku mengeluarkan sebuah masker untuk kemudian kukenakan. Kamu akan menyentuh gemas pipiku sambil mempererat genggaman tangan kita.

Malam itu kita akan bahagia, karena kita memang terlahir untuk bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar