Senin, 20 Mei 2013

Cinta dengan Sejuta Tanya

Bagiku, ketakutan dan kepatuhan adalah buah dari cinta. Ketika seseorang terlalu enggan untuk sekedar membuang sampah sembarangan, itu berarti ia cinta pada tanah yang kini ia pijak. Ketika seseorang tak kuasa untuk berkata lancang pada wanita yang telah melahirkannya, artinya cinta pula yang terwujud di sana. 

Semua terbentuk dari cinta, semua terlahir dari seonggok rasa bernama cinta.

Aku pernah berpikir dalam-dalam tentang rasa cintaku pada Tuhan. Bagaimana mungkin aku mencintai sesuatu yang tak pernah kulihat dan kusentuh?
Cintaku biasa tumbuh pada apa-apa yang wujudnya sampai di panca indera. Saat terlahir ke dunia, makhluk yang pertama kali aku raba adalah Ibu. Aku pun mencintai dirinya. Saat mata dan telingaku sudah mulai berfungsi, aku dapat melihat sorot kasih sayang dari mata Ayah yang sedang mendekapku, aku juga dapat mendengar nyanyian sumbang Kakak yang sedang berusaha membuat tangisanku mereda. Saat aku sudah nyaris dewasa, aku pun masih merasakan cinta. Cinta yang sama, yang muncul karena aku dapat melihat dan mendengar.

Lalu bagaimanakah rasanya mencintai tanpa dapat meraba? Apakah rasanya cinta tanpa pandangan dan pendengaran?

Terkadang pikiranku kabur, tenggelam dalam lautan kalut yang tak berdasar. Aku selalu mengucap nama Tuhan, aku selalu mengatakan bahwa aku mencintai-NYA, tapi di saat yang sama semesta menyudutkan diriku, bertanya sampai bergema tanpa usai, "Benarkah yang kamu katakan?"

Cinta itu melahirkan ketakutan dan kepatuhan, kataku. Kataku pula, aku mencintai Tuhan atas segala yang telah Dia beri; napas, kebahagiaan, keluarga, hidup...
Tapi aku tak tahu, bagaimanakah yang kusebut sebagai cinta itu apabila Dia mencabut segala yang selama ini aku nikmati. Masihkah aku mengatakan bahwa aku mencintai-NYA? Masihkah aku takut? Masihkah aku patuh?

Ya Allah, cintailah aku, ampunilah dosa-dosaku...
 Aku terus mengutip doa Nabi Ibrahim setiap kali salatku usai. Aku terus meminta agar Dia membalas cintaku, sedang aku sendiri masih mempertanyakan cintaku pada-NYA. Lucu. Harusnya aku malu.

Sabtu, 11 Mei 2013

Ohashi Trio - Seven Days

始まりの日は
Hajimari no hi wa
誰もしらないSomeday
Dare mo shiranai, someday
空の上には
Sora no ue ni wa
形のない鳥の群れ
Katachi no nai tori no mure
光の記憶だけで
Hikarinokioku dake de
目覚め出した音
Mezame dashita oto
全ては今始まってゆく
Subete wa ima hajimatte yuku

Seven Days
君は何を夢みて
Kimi wa nani o yumemite
長い旅の果てに
Nagai tabi no hate ni
生まれてきたの
Umarete kita no
自由を手に
Jiyū o te ni
Suddenly
それは夢と現実
Sore wa yume to genjitsu
誰かが描く幻の地球で今
Darekaga kaku maboroshi no chikyū de ima
僕は待っている
Boku wa matte iru

青い壁に
Aoi kabe ni
映し出したメモワール
Utsushidashita memowāru
時間と言う名の
Jikan to iu na no
鎖をほどいてみて
Kusari o hodoite mite
まだ見ぬ世界を
Mada minu sekai o
泳いでみないか
Oyoide minai ka
轉載來自
Tensai 來自
全ては今望むままに
Subete wa ima nozomu mama ni

Seven Days
君は何を夢みて
Kimi wa nani o yumemite
長い旅の果てに
Nagai tabi no hate ni
生まれてきたの
Umarete kita no
自由を手に
Jiyū o te ni
Suddenly
それは夢と現実
Sore wa yume to genjitsu
誰かが描く幻の地球で今
Darekaga kaku maboroshi no chikyū de ima
僕は待っている
Boku wa matte iru

鏡に映るのは
Kagaminiutsuru no wa
君の姿だけで
Kimi no sugata dake de
心まで映らない
Kokoro made utsuranai

Seven Days
君は何を夢みて
Kimi wa nani o yumemite
長い旅の果てに
Nagai tabi no hate ni
生まれてきたの
Umarete kita no
自由を手に
Jiyū o te ni
Suddenly
それは夢と現実
Sore wa yume to genjitsu
誰かが描く幻の地球で今
Darekaga kaku maboroshi no chikyū de ima
僕は待っている
Boku wa matte iru