Rabu, 14 September 2016

Selamat Datang Kembali!

Aku menjejakkan kaki di sekotak tanah berpendar keemasan. Tanpa sadar kuhela napas. Ternyata aku sudah sampai di sini. Di titik nol. Di mana seharusnya aku berada. Aku menoleh pada arah sebaliknya, mencoba menemui pijakan yang sebelumnya menjadi media dari ringkihnya keberadaanku. Yang kulihat tak lebih dari gelap dan sunyi yang meraja. Aku kembali menengok ke depan sambil bergidik ngeri. Di hadapanku hanya ada embun pekat keabuan, membuat samar siapapun yang memandangnya. Kuat-kuat kupejamkan mata, pelan-pelan kulangkahkan kaki menuju kotak berikutnya. Semakin sering langkah kupijak, semakin silau pandang yang kupejam. Takut-takut kubuka mata. Bibirku bergetar, hatiku meleleh. Aku bersinar. Aku bercahaya. Seluruh tanah ini menjadi keemasan karena langkahku!
Aku terus berlari menyusuri jalan yang seharusnya kutuju. Lurus terus, tanpa menoleh, tanpa berbelok. Dari jauh kulihat bayangan samar. Lama-lama bayang itu kian jelas. Ia meninggi, meramping, dan membentuk wujud seorang manusia. Kulihat ia mengulurkan tangan. Langkahku terhenti seiring dengan genggamannya.
“Kamu sudah pulang,” katanya. “Selamat datang kembali.”
Ia tersenyum. Memeluk hangat hatiku.


15/9/2016 (1:04)

Kamis, 08 September 2016

Hidup Baru

Aku melangkah, menjejakkan kaki di pekarangan rumah.
Kulihat gulma yang tingginya melebihi pagar.
Kudengar bunyi daun bergemerisik.
Bukan karena angin, bukan pula karena hujan.
Ada binatang sedang merayap, yang kutak tahu itu apa.
Tanpa kaki, hanya tubuh.
Entah ular, entah biawak.

Aku melangkah lagi, berusaha menghalau rintang.

Dari teras rumah, kulihat ada Ibu.
Kulihat ada Ayah.
Kulihat ada Kakak.
Kulihat ada kamu.
Sedang menyambutku, memelukku, mengecupku.

Aku mematung.

Aku sudah pulang.
Aku kembali.
Aku tiba.


Aku di rumah.


Bogor, 8 September 2016
menyambut kepulangan diri,
yang telah lama pergi.