Kamis, 03 November 2016

Gaya Bebas

Dulu, aku ingin kita seperti ini. Bertemu. Dengan aku yang mengenakan gaun abu, dan kamu yang memakai jas biru.

Gaun ini terasa sangat mewah untuk dikenakan di balkon apartemenmu. Terlalu mewah, maksudku. Kita tidak sedang menghadiri pesta yang berisi sosialita. Lantas mengapa kau undang aku dengan kode busana seperti ini?

Kamu tersenyum  tanpa menoleh. Matamu lurus menghadap ke depan. Tak ada yang bisa kamu tatap selain gedung-gedung pencakar langit dengan semarak lampunya. Membuat kota ini terlihat sangat indah.
Sejak masih sekolah, berada dan tinggal di tempat semacam ini adalah impianku. Aku suka melihat pemandangan kendaraan dan lampu kota dari atas. Membuatku merasa tinggi. Merasa kalau semua hal yang ada di dunia ini adalah kecil, kecuali aku seorang.
Dan sekarang aku berada di sini. Di lantai 18 kamar apartemenmu.

Aku ingin hari ini kita terlihat spesial, jawabmu nyaris tanpa suara.

Keningku kontan berkerut saat mendengar ucapanmu. Aku menoleh, memperhatikan wajah yang beberapa belas sentimeter lebih tinggi dari kepalaku itu.

Terlihat oleh siapa? Siapa yang akan melihat kita sedangkan hanya ada kita berdua di sini.

Oleh kamu dan aku di masa depan. Jangan biarkan mereka menyesal karena pertemuan pertama kita yang tidak istimewa.

Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya sambil tertawa.

Kamu tahu, apa yang lebih spesial dari pakaian kita malam ini? Tanyaku setelah tawa itu reda.

Kepalamu menggeleng dua kali.

Itu adalah kamu. Raga, jiwa dan hatimu jauh lebih spesial dari apa yang kamu ciptakan sekarang.

Kamu diam, lalu tertawa.

Aku juga.

3 November 2016 (22:00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar