Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Desember 2011

Cerita Hari Selasa

Hello. Long time no ketik-ketik ya. Dan hari ini aku kangen buat ngetik-ngetik di sini lagi. Dan tiba-tiba juga aku lagi ingin cerita tentang kisah di hari Selasa, 20 Desember 2011, tepat seminggu yang lalu.


Jadi, tepat pada seminggu yang lalu itu sebenarnya aku punya rencana buat sehari penuh. Kalau dirinci kira-kira rencananya kayak gini:


07.00-08.40 : Praktikum matematika bisnis.
08.40-11.00 : Cari-cari bahan buat tugas di perpustakaan.
11.00-12.40 : Kuliah matematika bisnis.
13.00-14.30 : Ke peternakan kelinci buat nyelesain tugas praktikum.
14.30-17.00 : Praktikum ekonomi umum.
17.00-18.00 : Hedon sebentar di mall deket kampus (berhubung besokannya udah libur).




Kenyataannya


07.00-08.40
Seperti biasa, di hari terakhir kuliah-pun dosen yang paling baik sekampus ini datang telat. Praktikum yang harusnya dimulai pukul 07.00 jadi dimulai pukul setengah delapan lewat. Akhirnya terbersitlah pikiran buat pergi ke peternakan kelinci setelah praktikum, yaitu sekitar pukul 9 kurang. Tapi, baru aja aku berpikir kayak gitu, tiba-tiba Bapak Dosen bilang, "Di jam kuliah nanti kita kuis ya!"
Okay, nggak terlalu masalah sih, soalnya pergi ke peternakan setelah praktikum matematika bisnis nggak pernah masuk dalam rencana awal. Tapi sayangnya, praktikum hari itu diakhiri pada pukul 08.40 lebih, meleset dari dugaan.
Akhirnya rencana pertama gagal.


08.40-11.00
Sebenarnya kalau rencana yang ini nggak terlalu penting buat diceritain. Soalnya, setelah makan di kantin aku jadi lupa buat nyari bahan buat tugas di perpustakaan. Ujung-ujungnya aku malah pergi ke masjid dan tidur-tiduran di sana.
Rencana kedua gagal.


11.00-12.40
Ternyata kuis matematika bisnisnya susah banget. Lebih susah dari UN Matematika SMA tahun kapanpun. Jadi kuis hari itu pun diakhiri pada pukul 13.00.
Rencana ketiga gagal.


13.00-14.30
Setelah keluar kelas, aku baru tahu kalau ternyata siang itu lagi hujan deras. Karena dirasa nggak mungkin buat nyelesain tugas dengan kondisi hujan dan waktu yang mepet-mepet kayak gini, akhirnya pergi ke peternakan-pun batal.
Empat rencana gagal.


14.30-17.00
Aku pikir klimaks dari cerita di tanggal 20 Desember ada di bagian ini. Setelah diwanti-wanti sama komti buat dateng ke kelas praktikum ekum tepat pukul 14.30, akhirnya aku udah sampai di kelas kurang dari pukul 14.30. Aku kira Bapak Dosen juga bakal datang tepat pukul segitu. Ternyata beliau baru datang sejam kemudian, yaitu pukul 15.30. Yaah, nggak masalah (lagi) sih. Soalnya dosen yang ini juga terbiasa ngaret.
Dan seperti biasa, praktikum ekum hari itu diisi dengan kuis.
Sebelum kuis, aku sengaja ngambil tempat duduk di barisan ketiga. Bukan karena takut ketahuan nyontek kalau duduk di depan, tapi lebih karena dosen yang satu ini suka banget nanya-nanya ke mahasiswanya. Tapi nasib, ternyata dua barisan di depan aku kosong, nggak ada yang ngisi. Akhirnya aku dan temen-temen yang sebarisan disuruh buat pindah ke barisan paling depan sama Bapak Dosen. Aku kebagian di tempat paling pojok dekat tembok. Dari SMA, aku udah tahu kalau yang duduk di tempat paling pojok barisan paling depan atau paling belakang pasti hampir selalu jadi sasaran guru atau dosen. Tapi untungnya di sebelah aku ada Doddy yang berbadan cukup besar. Seenggaknya dia bisa ngehalangin aku dari mata mahasiswa sekelas kalau-kalau aku ditunjuk dosen dan ternyata nggak bisa jawab.
Akhirnya kuis hari itu berlangsung damai. Yang nggak damai adalah waktu bagian pembahasan kuis. Seperti yang udah aku duga, mahasiswa yang duduk di tempat paling pojok pasti jadi sasaran. Ternyata bener, aku yang waktu itu tiba-tiba sakit perut ditanya dosen dan ngejawab dengan jawaban yang salah. Sebenernya nggak akan jadi suatu hal yang bikin kesel kalau masalah selesai sampai di situ. Tapi ternyata Bapak Dosen yang satu ini terus-terusan nunjuk aku yang-lagi-sakit-perut-dan-belum-solat-ashar-padahal-udah-jam-setengah-enam-sore tiap kali masuk ke materi yang ada sangkut pautnya sama yang beliau tanya tadi. Rasanya........mau nangis.
Akhirnya praktikum beres pukul enam kurang. Selesai praktikum, aku dan temen-temen yang juga ngejar waktu solat langsung lari-lari ke mall sebelah kampus.Oh iya, kenapa harus solat di musholla mall? Karena merupakan suatu hal yang mustahil untuk solat di musholla kampus pada jam segitu. Intinya, musholla di kampus aku gelap, sepi, dingin, serem, dan udah terlalu banyak kejadian mistis di sana. Jadi solat di musholla mall dirasa lebih aman dan nyaman dibanding solat di kampus.


17.00-18.00
Seperti yang udah dijelasin di atas, ternyata praktikum selesai pukul enam kurang. Jadi, mau nggak mau hedon-pun digagalkan.




Moral of the story: Bikin rencana itu memang perlu, tapi nggak usah terlalu detail dan terlalu yakin karena sebenarnya masa depan itu selalu belum jadi milik kita.

Senin, 02 Mei 2011

Rakyat Tertindas (?)

Currently listening to : My Dear Country by Norah Jones


Tadi sore, setelah reunian sama temen-temen SMP, aku pulang lewat jalan Semeru naik angkot 05. Harusnya sih naik 15 aja, tapi berhubung di belakang PGB gak ada angkot 15, terpaksa deh naik angkot 05 (sekarang udah jadi anak gaul PGB ceritanya).
Waktu masih setengah jalan, tiba-tiba ada 2 orang pengamen dengan punk style masuk ke angkot (kenapa juga ya, sekarang jadi banyak pengamen punk? -___-). Menurut aku sih pengamen yang kayak gitu nyeremin. Mukanya penuh tindikan di tempat yang (menurut aku lagi) gak semestinya. Kayak pengamen yang tadi, tindikannya nembus 2 lubang hidungnya. Bayangin dong, nembus gitu! Ngilu gak sih, liatnya? Cuma yasudahlah, aku gak mau bahas penampilan mereka. Selera orang kan beda-beda, lagian nyeremin itu cuma dari hemat aku aja kok :D


Gak lama, mereka mulai ngamen dengan kalimat pembuka yang agak-agak gimanaaa gitu.
"Selamat sore ibu-ibu sekalian. Izinkanlah kami rakyat tertindas ini untuk bla-bla-bla..."
Kata-kata yang aku bold itulah yang bikin gak enak. Rakyat tertindas? Memang setertindas apa mereka?
Lagu-lagu yang mereka nyanyiin pun gak jauh dari kritik terhadap pemerintah atau terhadap orang-orang yang menurut mereka nggak punya rasa empati.


Memang salah Dil, mereka melabel diri dengan 'rakyat tertindas' dan bikin kritikan-kritikan gitu?
Merekanya sih gak salah, tapi mungkin mindset mereka yang perlu diubah :)


Berikut ini pendapat-pendapat aku kenapa mereka bisa melabeli 'rakyat tertindas' pada diri mereka sendiri :


  1. Lingkungan mendukung.
  2. Sikap pasrah terhadap keadaan.
  3. Sikap nggak (atau belum?) mau merubah diri.


Bukannya mau sok tahu ya, tapi memang itu yang aku lihat dari mereka.
Mungkin berawal dari kekecewaan terhadap pemerintah yang (menurut mereka) nggak bisa melindungi rakyatnya dengan benar. Akibatnya? Mereka jadi harus tinggal di jalanan, ngamen, hidup nomaden (mungkin), dan lain sebagainya.


Nah, di buku Dare For Youth! karya Bapak Timotius Adi Tan dan Bapak Josua Iwan Wahyudi, orang-orang seperti inilah yang terjangkit Virus Gara-Gara. Mereka selalu menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan pasrah sama hal-hal yang bikin mereka jadi seperti sekarang. 


"Gara-gara pemerintah gak becus gue jadi begini!"
"Gara-gara pejabat korupsi mulu gue jadi begitu!"
"Gara-gara ini...!"
"Gara-gara itu...!"


Padahal kalau aja mereka gak menyerah sama keadaan, mereka gak mungkin kok, jadi 'rakyat tertindas'.
Padahal kalau aja mereka mau bangkit, gak bakalan kok mereka terus-terusan begini.
Allah swt juga berfirman kan, kalau Ia tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak merubah dirinya sendiri.


Yang ada sekarang, mereka terus-terusan menyalahkan orang di sekitarnya. Kritik-kritik bermunculan lewat lagu yang mereka bawa setiap kali ngamen. Dan bahkan, mereka dengan pasrahnya menamakan diri mereka rakyat tertindas


Menurut aku sendiri, yang namanya 'rakyat tertindas' itu gak ada (apalagi yang kejadiannya sama kayak 2 orang pengamen yang aku ceritain diatas; memberi label yang buruk-buruk pada diri sendiri, errr). Derajat manusia sama semua dimata Tuhan. Gak ada yang berhak menindas atau ditindas. Seterpuruk apapun kamu, Tuhan akan selalu menganggap kamu sama dengan orang-orang yang ada di atas kamu, yang menurut kamu jauh lebih beruntung.


Tapi biarpun begitu, aku tahu kalau mereka orang yang sangat baik. Buktinya, mereka habis-habisan doain aku waktu ngasih uang pas mereka ngamen. Mereka doain aku biar sukses, biar bisa sekolah tinggi... aamiin! :D


Maafkan atas rangkaian paragraf sok tahu yang aku tulis di atas. Semoga kita semua selalu sukses, amin! :)


Oh iya, buat yang lagi butuh motivasi, bisa baca buku Dare For Youth! yang penulisnya tadi udah aku sebut :D 

Recommended book!

Currently listening to : Hear Me Now by Boyce Avenue (gak nyambung gini lagunya -.-)