Waktu
masih menunjukkan pukul 2 siang saat kita berpisah. Terlalu dini. Matahari pun masih
terlalu tinggi untuk merelakan kita berucap selamat tinggal. Tapi kamu lebih memilih untuk pergi. Aku terpaku. Hatiku berteriak
mengisak, inginkan kamu tinggal lebih lama. Tapi kamu tetaplah kamu, yang
akan tetap berlalu meski sorot mataku dalam menahan dirimu.
Saat
itu masih pukul 2 siang saat kita memilih untuk berpisah. Aku menyusuri jalanan
yang tak basah. Otakku remuk redam, tertimpa lantunan No Fruits For Today yang
berulang kali berjatuhan tanpa disengaja.
I love you when
you love me,
and we’re gonna
make a big family
Seharusnya
aku bisa seperti tokoh dalam lagu itu, yang akan mencintaimu saat kamu juga
mencintai aku, then we’re gonna make a
big family. Tapi hidup bukanlah sebuah lagu. Hidup bukan tentang bagaimana
sebuah bait berkisah. Aku pun mencintai dirimu tanpa bisa menunggu. Menunggu kamu
yang akan lebih dulu mencintai aku.
Kini
sudah pukul 6 sore saat aku tiba. Yang kucari pertama kali adalah
kamu. Aku menuju tempat dirimu seharusnya berada, meski aku tahu bahwa takkan
pernah ada kamu lagi. Dan kamu memang tak ada di sana. Aku terisak. Tak ada
sembap, hanya terisak. Dadaku pun sesak.
Ditulis saat mendengarkan No Fruits For Today,
lagu yang selalu saya dengar saat sedang jatuh cinta, meskipun entah pada apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar