Dirimu masih sama dengan
yang dulu kukenal. Kata-katamu masih singkat. Nada bicaramu masih ramah. Tawa
renyah untuk menghilangkan kesan menyebalkan masih terselip di setiap ujung
kalimat. Tak lupa, pertanyaan balasan akan muncul tiap kali kamu kebingungan.
Satu-satunya yang tak sama adalah hal-hal manis yang dulu biasa menyempurnakan ‘kita’,
karena itu memang sudah tak diperlukan lagi.
Tak apa bukan, bila sesekali
kuhampiri dirimu? Tak perlu kau pikir bahwa aku sedang ingin merenda angan. Tak
usah juga kau kira bahwa aku sedang ingin membangun memori. Aku hanya suka
tenggelam dalam kebosanan yang seringkali kamu ciptakan. Aku candu pada hal
yang membuatku sebal. Selama itu darimu, aku tak akan mempermasalahkan. Asalkan
itu kamu. Selama itu kamu.
Jadi, kapan aku boleh
kembali bertandang di istanamu yang gersang dan layu namun tak pernah membuatku
lelah dan mati rasa itu?